Lompat ke konten
Beranda » Kembangkan Bahasa, Aksara, Dan Sastra Bali Sebagai Suatu Peradaban Yang Tinggi

Kembangkan Bahasa, Aksara, Dan Sastra Bali Sebagai Suatu Peradaban Yang Tinggi

Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali adalah salah satu kekayaan budaya bangsa Indonesia yang harus dilestarikan dan dikembangkan karena telah hidup dan berkembang di kalangan masyarakat Bali dan daerah lain yang menjiwai serta menjadi wahana tumbuh dan berkembangnya kebudayaan Bali. Pelindungan adalah upaya menjaga dan memelihara kelestarian Bahasa, Aksara dan Sastra Bali melalui penelitian, pengembangan, pembinaan dan pengajarannya. Di Bali, seperti amanat Perda Provinsi Bali Nomor 1 Tahun 2018 Tentang Bahasa, Aksara, Dan Sastra Bali. Demikian disampaikan oleh Ketua Yayasan Dwijendra, Dr. I Ketut Wirawan, SH.M.Hum. saat memberikan sambutan pada acara Festival Menulis Aksara Bali, Rabu, 11 Mei 2022 di Gedung Dharma Negara Alaya, Lumintang Denpasar.

I Ketut Wirawan juga mengungkapkan bahwa akan senantiasa memiliki kewajiban untuk melaksanakan catur guru (guru Wisesa), seperti mendukung implementasi Perda tersebut yaitu untuk melakukan upaya pemajuan Bahasa, Aksara dan Sastra Bali karena sangat sejalan dengan Visi Yayasan Dwijendra yaitu yaitu “Menginsafkan dan Memberikan Penerangan-Penerangan Berkenaan dengan Soal-Soal Agama, terutama Agama HINDU Bali Kepada pemeluk-pemeluknya dan Kebudayaan beserta Kesusastraannya”. Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali juga merupakan suatu peradaban yang tinggi bagi Bali, sehingga perlu dilestarikan dan dikembangkan, tegasnya.


Acara festival Menulis Aksara Bali dibuka oleh Walikota Denpasar IGN Jaya Negara yang ditandai dengan pemukulan gong. Jaya Negara menyambut baik dan memberikan apresiasi kepada Yayasan Dwijendra atas penyelenggaraan festival tersebut karena telah turut berperanserta di dalam mebangun Kota Denpasar dan Provinsi bali khususnya dalam aspek budaya, yaitu pelestarian dan pengembangan aksara Bali. Terlebih lagi Kota Denpasar merupakan kota kreatif dan berwawasan budaya. Harapannya adalah agar Yayasan Dwijendra menjadi salah satu institusi pendidikan yang terus membangun budaya dan membentuk jati diri warga masyarakat yang berbudaya.


Sementara itu, Rektor Dwijendra University, Gede Sedana menyampaikan bahwa melalui penerapan tri darma perguruan tinggi, khususnya pengabdian kepada masyarakat, Dwijendra University dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pemerintah dan masyarakat berkenaan dengan pembangunan budaya Bali, yaitu melalui aksara, Bahasa dan sastra Bali. Dwijendra University mengambil inisiasi untuk membangkitkan kegairahan masyarakat terhadap aksara Bali yang dimuali dari usia dini. Oleh karena itu, pada tahap awal ini, festival menulis aksara Bali dikhususkan bagi siswa-siswi sekolah dasar di Kota Denpasar, dimana jumlah peserta sangat dibatasi karena masih suasana Pandemi Covid 19, yaitu sekitar 427 peserta yang hadir, imbuh Sedana.


Pada acara festival tersebut, I Ketut Wirawan dengan bangga menyerahkan Surat Tanda Daftar Pasraman Jnana Dwijendra dari Kementerian Agama kepada Rektor Dwijendra University dengan pesan agar Pasraman dapat menjadi media bagi warga masyarakat Bali dalam mempelajari budaya Bali termasuk nilai-nilai keagamaan Hindu, sehingga Yayasan Dwijendra menjadi pusat pembelajaran nilai-nilai budaya dan agama Hindu Bali. (Maulin).

Tulisan ini telah terbit pada Sunarpos

Tinggalkan Balasan